Minggu, 05 Mei 2013


“kenapa kau mesti di kerudung sih?” tanya Dela kepada Nurma temannya.
“di kerudung itu adalah kewajiban setiap wanita muslim, namun di kerudung juga harus yang bener. Kamu mengerti?” sahut Nurma.
“maksudnya bagaimana?”
“maksudnya di kerudung itu niatnya harus karena Alloh, dan jangan sampai di kerudung namun hakikatnya membuka aurat. Banyak kan sekarang-sekarang di kerudung sih namun sayang bajunya memperlihatkan lika-liku tubuhnya. Sekarang kamu mengerti ?”
“iyah mengerti bu hajjjaahh.” dengan sinis Dela menjawab pepatah Nurma.
Dela dan Nurma adalah sahabat sejati. Dari sejak kecil mereka bersahabat. Dimana Dela sedang keadaan sedih maupun senang Nurma selalu ada. Begitupun sebaliknya. Dela keturunan dari darah biru. sedangkan Nurma turunan dari keluarga yang mengerti tentang agama. Tetapi mereka saling melengkapi. Satu hal yang belum Nurma bisa lakuin buat Dela yaitu mengajak Dela untuk berbusana muslim dengan niat karena Alloh SWT. Namun Nurma tak akan menyerah dengan niatnya itu.
Ketika mereka hendak pergi ke sebuah pasar tradisional di kota itu, tiba-tiba Dela melihat seorang laki-laki yang berpakaian rapih, berpeci, berwajah manis, tinggi, dan dimata Dela tidak sedikitpun laki-laki itu kelihatan cacat. Hati Dela dag-dig-dug kencang. Mungkinkah Dela jatuh cinta pada panangan pertama?
“Nur, lihat deh! Tuhh di pojok sana yang lagi liat-liat peci itu, ganteng banget yah? Perfecto banget, suka deh sama cowok kayak dia. Samperin yuk!”
“huss, kamu syahwat-syahwat jangan di lihatin terus dosa lho! Eh tunggu dulu deh, aku kenal siapa dia? Bukannya itu anak pak ustadz Soleh yang kalau gak salah namanya Khoir.”
“oh pak ustadz Soleh yang tinggal di perbatasan simpang 5 itu?”
“iya, disana”
Dengan terburu-buru Dela segera memegang tangan Nurma dan menghampiri Khoir.
“khoir yah? Sedang apa kamu disini?” dengan lagak sok kenal
“”antuma  siapa? Kok tau nama ana khoir?” tersenyum :)
“Assalamu’alaikum Khoir... masih ingat aku? Waktu kecil kita bertiga pernah sepengajian di Manarul Huda.” Nurma memberikan salam dan mencoba mengingatkan pada Khoir.
“Wa’alaikumsalam,, antuma ini siapa yah? Kok kayak yang sudah kenal banget sama ana.” Kembali tersenyum :).
“aku Dela. Masih ingatkah?” sambil mengulurakan tangan.
Tangan Dela dibalas dengan sebagaimana mestinya orang yang belum muhrim bersalaman dengan mendekatkan kedua tangannya di depan dada.
“aku Nurma anak pak Jamal, dan dia Dela anak pak dr. Herman. Sekarang ingatkah kamu?” Nurma mencoba menjelaskan lebih detail.
“ohh Astahfirulloohh... sekarang aku ingat kalian yang suka umpetin sendal aku kan?”
“hahahaha... iya itu kamu masih ingat.” Dela ketawa.
“bagaimana kalau berbincang-bincangnya di saung sana? Biar lebih enak.” Ajak Khoir.
“came on.” Dengan semangatnya Dela.
Setelah 2 jam mereka berflashback dan menceritakan bagaimana kondisi dan keadaan mereka masing-masing, adzan ashar pun berkumandang. Mereka akhirnya harus terpisah dan ingsyaAlloh akan dilanjutkan besok.
“Khoir kami pulang dulu yah, Assalamu’alaikum.” Nurma berpamitan.
“iya tafadhol, lain kali Dela pakai kerudung yah biar lebih cantik hatinya. Aammiin. Wa’alaikumsalam.”
Khoir menyindir Dela dan menjawab salam Nurma.
Keesokan harinya Dela mulai berkurudung namun sayang niatnya bukan karena Alloh melainkan karena ingin dipuji, disanjung, dan dibanggakan oleh seorang Khoir. Mereka bertiga bermaksud mengunjungi saung itu lagi, setelah Nurma bertemu dengan Dela, Nurma kaget dengan penampilan baru Dela.
“Subhanallooh... cantiknya. Akhirnya kamu mulai berkerudung juga.” Nurma terpesona.
“aku di kerudung karena Khoir suka perempuan-perempuan yang di kerudung, yaudah deh aku terpaksa pakai kerudung untuk dapetin hatinya Khoir. Keburu dia diambil orang lain.”
“Astaghfirullooh...anti! niat berkerudungnya kok karena ana, bukan karena Alloh.” Ternyata di belakang ada Khoir yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan Nurma dan Dela.
“sejak kapan kamu di situ? Maksud aku begini Khoir... aku itu suka sama kamu sejak dari kecil, akhirnya aku ketemu kamu lagi di usia yang cukup umur ini. Aku ingin kamu meminang aku.” Dela mencoba menjelaskan.
Ternyata dari sejak Dela kecil, Dela suka sama Khoir yang tanpa Nurma dan Khoir tau Dela menyimpan itu semua sudah bertahun-tahun.
“ternyata kamu suka sama Khoir sejak dari dulu, Del?” tanya Nurma.
“iyah Nur, maaf yah selama ini aku tak berterus terang kepadamu. Aku malu.” Jawab Dela.
“tidak apa-apa Del,”
“jadi dari dulu kamu suka sama ana, kalaupun boleh jujur ana juga sudah bertahun-tahun menyimpan rasa ini terhadap anti, namun ana sekarang sedikit kecewa dengan prinsif anti yang berkerudung atau yang lebih tepatnya lagi menutup aurat karena ana.” Khoirpun ikut berbicara.
“Khoir, mungkin untuk saat ini apa yang Dela lakukan karena kamu, tapi mudah-mudahan kedepannya lagi dia akan berusaha karena Rabb kita. Aku sebagai sahabat kalian merestui hubungan kalian yang ingsyaAlloh Alloh meridhoinya.” Kata Nurma.
“aamiin yaa Alloh.. iya sudah besok atau lusa ana akan mencoba membicarakan itu semua kepada keluarga ana. Dan ingsyaAlloh minggu besok ana akan mengkhittabah mu, Dela.” Janji Khoir.
“aku pegang ucapan mu, khoir! Dan maafkan aku, karena aku telah melakukan ini bukan karena Alloh, dan terimakasih Nurma atas apa yang telah kamu lakukan selama ini. Yaa Rabb, aku ingin segala yang aku perbuat selama ini dan sampai akhir hayatku niat karena-Mu. Dzat yang maha segalanya.” Sedikit berdo’a namun ingsyaAlloh bermanfa’at.
“iya ana maafkan, jangan lupa meminta maaf kepada Rabb kita.” Sahut  Khoir
“sama-sama Dela, sesama teman kita harus saling mengingatkan.” Nurma berterimakasih kembali.
Akhirnya mereka bahagia dan mudah-mudahan Alloh juga bahagia. Aamiin allohumma aamiin :).

Created by  : Hikmah Noer Halimah
My blog        : www.goresanaku.blogspot.com
My fb          : Hikmahnoerhalimah@yahoo.co.id //  Neng Hikmah Noer Halimah
My twitter  : nenghikmah86@yahoo.com // @HikmahHalimah

0 komentar :

Posting Komentar