“kenapa kau mesti di kerudung
sih?” tanya Dela kepada Nurma temannya.
“di kerudung itu adalah kewajiban
setiap wanita muslim, namun di kerudung juga harus yang bener. Kamu mengerti?”
sahut Nurma.
“maksudnya bagaimana?”
“maksudnya di kerudung itu
niatnya harus karena Alloh, dan jangan sampai di kerudung namun hakikatnya
membuka aurat. Banyak kan sekarang-sekarang di kerudung sih namun sayang
bajunya memperlihatkan lika-liku tubuhnya. Sekarang kamu mengerti ?”
“iyah mengerti bu hajjjaahh.”
dengan sinis Dela menjawab pepatah Nurma.
Dela dan Nurma
adalah sahabat sejati. Dari sejak kecil mereka bersahabat. Dimana Dela sedang
keadaan sedih maupun senang Nurma selalu ada. Begitupun sebaliknya. Dela
keturunan dari darah biru. sedangkan Nurma turunan dari keluarga yang mengerti
tentang agama. Tetapi mereka saling melengkapi. Satu hal yang belum Nurma bisa
lakuin buat Dela yaitu mengajak Dela untuk berbusana muslim dengan niat karena
Alloh SWT. Namun Nurma tak akan menyerah dengan niatnya itu.
Ketika mereka
hendak pergi ke sebuah pasar tradisional di kota itu, tiba-tiba Dela melihat
seorang laki-laki yang berpakaian rapih, berpeci, berwajah manis, tinggi, dan
dimata Dela tidak sedikitpun laki-laki itu kelihatan cacat. Hati Dela
dag-dig-dug kencang. Mungkinkah Dela jatuh cinta pada panangan pertama?
“Nur, lihat deh! Tuhh di pojok
sana yang lagi liat-liat peci itu, ganteng banget yah? Perfecto banget, suka
deh sama cowok kayak dia. Samperin yuk!”
“huss, kamu syahwat-syahwat
jangan di lihatin terus dosa lho! Eh tunggu dulu deh, aku kenal siapa dia?
Bukannya itu anak pak ustadz Soleh yang kalau gak salah namanya Khoir.”
“oh pak ustadz Soleh yang tinggal
di perbatasan simpang 5 itu?”
“iya, disana”
Dengan
terburu-buru Dela segera memegang tangan Nurma dan menghampiri Khoir.
“khoir yah? Sedang apa kamu
disini?” dengan lagak sok kenal
“”antuma siapa? Kok tau nama ana khoir?” tersenyum :)
“Assalamu’alaikum Khoir... masih
ingat aku? Waktu kecil kita bertiga pernah sepengajian di Manarul Huda.” Nurma
memberikan salam dan mencoba mengingatkan pada Khoir.
“Wa’alaikumsalam,, antuma ini
siapa yah? Kok kayak yang sudah kenal banget sama ana.” Kembali tersenyum :).
“aku Dela. Masih ingatkah?”
sambil mengulurakan tangan.
Tangan Dela
dibalas dengan sebagaimana mestinya orang yang belum muhrim bersalaman dengan
mendekatkan kedua tangannya di depan dada.
“aku Nurma anak pak Jamal, dan
dia Dela anak pak dr. Herman. Sekarang ingatkah kamu?” Nurma mencoba
menjelaskan lebih detail.
“ohh Astahfirulloohh... sekarang
aku ingat kalian yang suka umpetin sendal aku kan?”
“hahahaha... iya itu kamu masih
ingat.” Dela ketawa.
“bagaimana kalau
berbincang-bincangnya di saung sana? Biar lebih enak.” Ajak Khoir.
“came on.” Dengan semangatnya
Dela.
Setelah 2 jam
mereka berflashback dan menceritakan bagaimana kondisi dan keadaan mereka
masing-masing, adzan ashar pun berkumandang. Mereka akhirnya harus terpisah dan
ingsyaAlloh akan dilanjutkan besok.
“Khoir kami pulang dulu yah,
Assalamu’alaikum.” Nurma berpamitan.
“iya tafadhol, lain kali Dela
pakai kerudung yah biar lebih cantik hatinya. Aammiin. Wa’alaikumsalam.”
Khoir menyindir Dela dan menjawab
salam Nurma.
Keesokan harinya
Dela mulai berkurudung namun sayang niatnya bukan karena Alloh melainkan karena
ingin dipuji, disanjung, dan dibanggakan oleh seorang Khoir. Mereka bertiga
bermaksud mengunjungi saung itu lagi, setelah Nurma bertemu dengan Dela, Nurma
kaget dengan penampilan baru Dela.
“Subhanallooh... cantiknya.
Akhirnya kamu mulai berkerudung juga.” Nurma terpesona.
“aku di kerudung karena Khoir
suka perempuan-perempuan yang di kerudung, yaudah deh aku terpaksa pakai
kerudung untuk dapetin hatinya Khoir. Keburu dia diambil orang lain.”
“Astaghfirullooh...anti! niat
berkerudungnya kok karena ana, bukan karena Alloh.” Ternyata di belakang ada
Khoir yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan Nurma dan Dela.
“sejak kapan kamu di situ? Maksud
aku begini Khoir... aku itu suka sama kamu sejak dari kecil, akhirnya aku
ketemu kamu lagi di usia yang cukup umur ini. Aku ingin kamu meminang aku.” Dela
mencoba menjelaskan.
Ternyata dari
sejak Dela kecil, Dela suka sama Khoir yang tanpa Nurma dan Khoir tau Dela
menyimpan itu semua sudah bertahun-tahun.
“ternyata kamu suka sama Khoir
sejak dari dulu, Del?” tanya Nurma.
“iyah Nur, maaf yah selama ini aku tak berterus terang kepadamu. Aku malu.” Jawab Dela.
“iyah Nur, maaf yah selama ini aku tak berterus terang kepadamu. Aku malu.” Jawab Dela.
“tidak apa-apa Del,”
“jadi dari dulu kamu suka sama
ana, kalaupun boleh jujur ana juga sudah bertahun-tahun menyimpan rasa ini
terhadap anti, namun ana sekarang sedikit kecewa dengan prinsif anti yang
berkerudung atau yang lebih tepatnya lagi menutup aurat karena ana.” Khoirpun
ikut berbicara.
“Khoir, mungkin untuk saat ini
apa yang Dela lakukan karena kamu, tapi mudah-mudahan kedepannya lagi dia akan
berusaha karena Rabb kita. Aku sebagai sahabat kalian merestui hubungan kalian
yang ingsyaAlloh Alloh meridhoinya.” Kata Nurma.
“aamiin yaa Alloh.. iya sudah
besok atau lusa ana akan mencoba membicarakan itu semua kepada keluarga ana.
Dan ingsyaAlloh minggu besok ana akan mengkhittabah mu, Dela.” Janji Khoir.
“aku pegang ucapan mu, khoir! Dan
maafkan aku, karena aku telah melakukan ini bukan karena Alloh, dan terimakasih
Nurma atas apa yang telah kamu lakukan selama ini. Yaa Rabb, aku ingin segala
yang aku perbuat selama ini dan sampai akhir hayatku niat karena-Mu. Dzat yang
maha segalanya.” Sedikit berdo’a namun ingsyaAlloh bermanfa’at.
“iya ana maafkan, jangan lupa
meminta maaf kepada Rabb kita.” Sahut
Khoir
“sama-sama Dela, sesama teman
kita harus saling mengingatkan.” Nurma berterimakasih kembali.
Akhirnya mereka bahagia dan
mudah-mudahan Alloh juga bahagia. Aamiin allohumma aamiin :).
Created by : Hikmah Noer Halimah
0 komentar :
Posting Komentar